Rabu, 02 Desember 2009

Ringkasan Buku Buku Induk Ekonomi Islam Iqtishaduna

Sistem Ekonomi Islam bukan sekadar "sistem ekonomi tanpa bunga". Sistem Ekonomi Islam jauh lebih luas daripada itu. Berlandaskan pada keadilan Islam yang universal, sistem ini mencakup dan menaungi seluruh aspek ekonomi dalam kehidupan manusia. Dengan runtuhnya komunisme dan kegagalan kronis kapitalisme dalam menyejahterakan sebagian besar umat manusia, Sistem Ekonomi Islam bisa menjadi alternatif solusi guna mengatasi berbagai permasalahan serta kebuntuan ekonomi yang ada dewasa ini.

Melalui buku ini, penulis menghadirkan tinjauan lengkap ihwal Sistem Ekonomi Islam. Berbeda dengan "ekonomi syariah" yang selama dikenal--namun belum mampu menyelesaikan sebagian besar permasalahan yang dihadapi umat--Sistem Ekonomi Islam dalam perspektif Ash Shadr ini jauh lebih komprehensif dan mendalam, serta mengakar pada nilai-nilai keadilan Islam yang universal.


Buku ini juga mengulas ekonomi islam dari berbagai sisi. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Iqtishaduna merupakan satu karya pionir yang cukup komprehensif dalam literatur ekonomi Islam modern. Gagasan ideal yang dituangkan oleh cendekiawan genius. Karya ini sepatutnya memicu pendalaman lebih lanjut bagi kemungkinan penerapan ekonomi Islam orisinal yang sejatinya berlandaskan pada prinsip keadilan universal, sehingga pilihannya bukan sekadar kapitalisme atau sosialisme.

Buku ini menambah khazanah literatur ekonomi yang sangat kita butuhkan. Paling tidak menambah wawasan elementer tentang ekonomi Islam yang sering kali menimbulkan pro dan kontra. Dari pro dan kontra ini mungkin kita bisa mengambil hikmahnya yang dapat Memberi petunjuk ke arah jalan keluar bagi ekonomi kita.

Terdapat beberapa point penting di dalam buku ini, dimana ekonomi islam berperan  di dalam ekonomi modern antara lain :
  1. KEJAYAAN ISLAM TERHADAP TEORI EKONOMI
  2. PERANAN AL QUR'AN & HADIST TENTANG EKONOMI ISLAM
  3. EKONOMI ISLAM DALAM TEORI EKONOMI MODERN
  4. EKONOMI MIKRO DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM

Tidak hanya terdapat itu saja, di dalam buku ini dijelaskan juga peranan ekonomi Islam pada periode kedua pada tahun 1058 ­1446 Masehi. Menurut catatan sejarah bahwa para ekonom Islam pada periode kedua antara lain ialah : Al Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, Syamsuddin AI Sarakhsi, Nizamun Mulk Tusi, Ibnu Mas'ud AI Kasani , AI Shaizari, Fakhruddin AI Razi, Najmudin AI Razi; Ibnul Ukhuwa, Ibnu Qayyim, Muhamad bin Abdurrakhman al Habashi, Abu Ishaq al Shatibi, AI Maqrizi, AI Qushayri, AI-Hujwayri, Abdul Qadir Jailani, AI Attar, Ibnu Arabi, Jalaluddin Rummi, Ibnu Baja, Ibnu Tufayl, Ibnu Rusdy. mereka itulah para ahli ekonomi Islam terbaik dimasa itu. Tokoh ekonom Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan tugas kemasyarakatan meliputi manajemen uang, peraturan tera timbangan dan ukuran, control harga bila diperlukan, dan keadaan abnormal yang dapat dibolehkan memungut zakat di atas apa yang ditetapkan oleh syariah. Ibnu Taimiyah tidak saja berbicara tentang norma-norma ekonomi, namun juga menerangkan tentang hal-hal yang positif dalam ekonomi. Antara lain mekanisme penawaran dan permintaun dalam menentukan harga. Ibnu Taimiyah juga menjelaskan pajak tidask langsung dan bagaimana beban pajak tersebut dialihkan dari produsen kepada konsumen yang harus membayar harga yang lebih tinggi.
Tokoh ekonomi Islam Ibnu Khaldun membahas tentang pembagian kerja, uang dan harga, produksi penyaluran barang, merek dagang yang mendunia, pembentukan modal dan pertumbuhan, trade cyclys, property and prosperity (kemakmuran), kependudukan, pertanian, industri & trade macro economic of taxation (pajak), dan public expenditure.

Rating: 5 

0 komentar :

Posting Komentar

tinggalkan jejak anda::::

Sekapur Sirih :::

Saya harus mengatakan bahwa isi blog ini mencerminkan pengetahuan dan kebijaksanaan kolektif.
Persis yang dikatakan oleh Goethe (
Johann Wolfgang von Goethe) dalam percakapannya dengan ilmuwan Swiss, Frederic Soret, Pada tanggal 17 Februari 1832 ::
"Siapakah saya ini? Apa yang telah saya lakukan? Saya telah mengumpulkan dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah saya dengar dan saya alami. Karya saya telah disebarluaskan oleh ribuan orang yang berbeda-beda--> orang bijak dan bodoh, jenius dan dungu, tua dan muda. Mereka semua menawari saya keahlian dan cara hidup mereka masing-masing. Sering kali, saya ambil hasil-hasil yang dikembangkan orang lain. Karya saya adalah karya kolektif, dan membawa nama Goethe."