Jumat, 19 Maret 2010

Anugrah yang terlupakan

Tulisan ini saiaa buat karena ada tugas dari dosen Bisnis di Indonesia yang saaiaaa rasakan langsung ketika orang tuaa saiaaa menjalankan usahanya,,ini tak bisa ditolak karena anugrah dari pencipta. Karena ini anugrah maka sebaiknya anugrah ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Silakan baca dan tanggapilah tulisan saiaa ini::::::


Manusia didaerah tropis secara intrinsic tidak berbeda dengan manusia dibagian/belahan lain dunia. Semua memiliki kesamaan kodrat. Mereka adalah makhluk yang dititipi hidup, kesadaran dan penyadaran terhadap dirinya (Schumacher 1977). Akan tetapi, lingkungan tropis diduga mampu membuat manusia tropis kurang tangguh karena banyaknya penyakit-penyakit tropis selain itu bencana-bencana yang ditimbulkan dapat mempengaruhi perekonomian yang ada.. Apalagi Indonesia yang notabene “Zamrud Khatulistiwa”, yang diberkahi oleh tuhan YME dengan tanah yang subur hingga tongkat kayu pun jadi tanaman dan mampu membuat manusia Indonesia menjadi malas. Di samping itu, ada dugaan pula bahwa suhu dan kelembaban udara mempengaruhi proses fisiologis dalam diri manusia.
Pengaruh-pengaruh  iklim tropis tersebut memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap efesiensi kerja, kreativitas, dan inisiatif untuk melakukan sesuatu. Penurunan produktivitas ini terlihat pada stamina kerja sehingga orang yang bekerja ditempat panas seringkali beristirahat, duduk-duduk, karena tidak tahan bekerja pada interval waktu yang relatif panjang.
Kemerosotan stamina kerja ini  sangat bepengaruh terhadap produktivitas kerja. Usaha modern untuk mengatasi masalah ini adalah menngunakan alat pendingin ruangan (AC). Dan menurut beberapa penelitian tentang hal ini membuktikan bahwa penggunaan AC dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan ataupun. Akan tetapi, karena struktur perekonomian di Negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berat ke sector primer, yaitu pertanian dan eksploitasi sumber-sumber alam lainnya, maka hikmah tekhnologi AC ini belum dapat dimanfaatkan.
Dan sebaliknya, Keadaan iklim di Indonesia diperburuk lagi dengan banyaknya indusri-industri yang menengah kebawah yang masih menggunakan sinar matahari sebagai alat dalam bagian produksinya. Ambil contohnya saja dari pabrik pengelolahan sabut kelapa yang masih mengguanakan sinar matahari untuk mengeringkan sabut dilapangan yang luas. Apabila masuk ke dalam iklim hujan maka dapat dikatakan pabrik-pabrik yang mengandalkan sinar matahari tidak dapat beproduksi dengan baik. Usaha modern untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan oven yang besar sehingga dapat mengeringkan dengan cepat dan meningkatkan produktivitas kerja sehinnga tidak tergantung dengan iklim. Dan lagi-lagi karena keterbatasan modal yang dimilki serta SDM untuk menggunakan alat tersebut maka tekhnologi oven ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal.
Belum lagi bencana-bencana yang ditimbulkan oleh peruban iklim seperti : longsor, mengancam keseterdiaan air dan naiknya permukaaan air laut taupun ombak yang besar. Sungai Barito menjadi naik akibat kenaikan muka laut di laut Jawa karena perubahan iklim. Banjir yang diakibatkan daratan Banjarmesin yang rendah, sehingga permukaan air sungai Barito yang lebih tinggi menyebabkan meluapnya air kedaratan. Ini semua akan mengakibatkan bekunya beberapa sector perekonomian di Banjarmesin, estimasinya yaitu : terganggunya lalu lintas dijalan raya, munculnya genangan air diwilayah perkotaan, berkurangnya lahan produktif di sector pertanian dan bekunya aktivitas-aktivitas industri dan bisnis diakibatkan kerusakan atau terganggunya infrastruktur. Karena hal ini pula para pelaku bisnis di Banjarmesin dalam melakukan produksi sering terhambat oleh iklim dan para investor berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya disana.
Meskipun demikian, hal tersebut tidak berarti pengaruh-pengaruh lainnya, seperti pengaruh pendidikan, lingkungan, regulasi birokrasi, pemerintah, sosial-budaya serta pengaruh-pengaruh eksternal lainnya, tidak menjadi faktor yang dominan. Masalahnya kita sering lupa bahwa kita hidup di daerah iklim tropis yang menguras tenaga, kejernihan inisiatif serta modal yang besar. Dan masalah iklim inilah yang sering dilupakan oleh para pelaku-pelaku bisnis di Indonesia dalam menyusun ataupun mendirikan suatu usaha.

Rating: 5 

2 komentar :

Nurfitriyana Purnasari mengatakan...

ehhh,ini davi kan?
aku follow balik ya ;))

btw,
aku setuju banget sama satu paragraf terakhir di tulisanmu.

jadi inget satu lagu punya Koes Plus yang judulnya kolam susu.

Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jalan cukup menghidupimu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu


Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupmu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu


Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkah kayu dan batu jadi tanaman


Dengan budaya seperti itulah negara kita dibesarkan.Dengan dibuai bahwa "tanah kita tanah surga".
Jadi rasanya kok wajar kalo etos kerja orang-orang di begara ini sangat lemah.

Bugis Lanang mengatakan...

baru sadar dan baru buka,,hihiiii

tak hapal liriknya tu..
dan sekarang mencoba tuk menghapalnya,,,>kgakk nyambung bgt da..

Posting Komentar

tinggalkan jejak anda::::

Sekapur Sirih :::

Saya harus mengatakan bahwa isi blog ini mencerminkan pengetahuan dan kebijaksanaan kolektif.
Persis yang dikatakan oleh Goethe (
Johann Wolfgang von Goethe) dalam percakapannya dengan ilmuwan Swiss, Frederic Soret, Pada tanggal 17 Februari 1832 ::
"Siapakah saya ini? Apa yang telah saya lakukan? Saya telah mengumpulkan dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah saya dengar dan saya alami. Karya saya telah disebarluaskan oleh ribuan orang yang berbeda-beda--> orang bijak dan bodoh, jenius dan dungu, tua dan muda. Mereka semua menawari saya keahlian dan cara hidup mereka masing-masing. Sering kali, saya ambil hasil-hasil yang dikembangkan orang lain. Karya saya adalah karya kolektif, dan membawa nama Goethe."