Kamis, 07 Februari 2013

Problematika Corporate Sosial Responsibility



Betapa besar pengaruh dunia bisnisterhadap denyut nadi perikehidupan masyarakat kian hari kian terasa. Kepada mereka terhampar harapan besar untuk mengalirnya produk ataupun jasa yang kian berkualitas dan terciptanya lapangan kerja baru. Dengan kata lain kehadiran mereka mengusung obsesi berupa kehidupan dan taraf hidup yang lebih baik bagi banyak orang. David C. Kohen, Profesor Sekolah Bisnis Harvad, mengatakan dalam bukunya When Corporation Rule the World yang dikutip oleh Harmanto Edy Djatmiko dalam majalah SWA edisi 19 Desember 2005 bahwa dunia bisinis selama setengah abad terakhir telah bertriwikrama menjadi institusi paling berkuasa di planet ini. Kekuasaan pelaku bisnis yg begitu dominan tersebut mau tidak mau pasti mengandung risiko yg tidak kecil karena sepak terjang mereka terutama perusahaan yang telah meraksasa akan member dampak signifikan terhadap kualitas tidak saja manusia sebagai individu dan kelompok, juga terhadap lingkungan alam di jagat raya ini. Fenomena inilah yang kemudian memunculkan diskursus atau wacana tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR), ada yang menyebutnya corporate citizenship, bahkan sekarang ini ada yang menyebutnya sebagai corporate philanthropy.

Sepanjang yang dapat ditangkap kesan yang muncul tentang corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan selama ini adalah berupa aksi-aksi bagi sumbangan untuk kaum miskin, korban bencana alam, pemberantasan penyakit menular, atau pendidikan anak kolong dan aktivitas lainnya yang mirip dengan itu. Sepertinya pelaku bisnis melakukannya hanya sebagai kewajiban akibat tekanan pihak lain atau hanya sekadar basa-basi dan apa yang dibuat itu untuk kepentingan publikasi karena ditampilkan di televisi yang dilengkapi dengan iklan testemoni. Tampaknya praktik CSR itu ekspresi kepedulian yang sengaja “diumumkan”. Jadi perusahaan melakukan CSR itu lebih banyak karena kesungkanan ataupun basa-basi. Belum banyak pelaku bisnis yang memaknai CSR tersebut sebagai sesuatu yang strategis sehingga tidak menempatkannya dalam jantung strategi perusahaan. Masih banyak yang menganggapnya sebagai liabilitas daripada aset yang akan menjadi daya dukung keunggulan dalam bersaing.
Begitu pentingnya CSR bagi perusahaan terutama yang sudah berkelas multinasional ditegaskan oleh Craig Smith. Dia menawarkan pendekatan yang lebih anyar tentang CSR berupa The New Corporate Philantropy. Menurutnya aktivitas CSR harus disikapi secara strategis dengan melakukan aligment inisiatif CSR dengan strategi perusahaan – pembentukan budaya organisasi perumusan visi, misi, dan tujuan bisnis pengambilan isu yang relevan dengan produk inti dan pasar inti, membangun identitas mereka bahkan menggaet segmen pasar yang baru dan memporakporandakan pesaing. Michael Porter yang mahaguru strategi itu juga memilik perspektif yang sama tentang CSR. Dia meyakinkan para pelaku bisnis bahwa aktivitas CSR harus menjadi jantung strategi perusahaan dan ketika itu dilakukan dengan sunguh – sungguh akan menjadi sumber keunggulan bersaing yang sangat powerpul. Selanjutnya Philip Kotler dan Nancy Lee dalam bukunya Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause mengatakan bahwa kegiatan CSR mestilah berada pada koridor strategi perusahaan yang diarahkan untuk meraih bottom-line business goal, di antaranya mendongkrak penjualan dan segmen pasar; membangun potitioning merek; menarik, memotivasi, serta membangun loyalitas pegawai mengurangi biaya operasional sampai dengan membuat image korporat di pasar modal. Kotler dan kawannya itu sejatinya ingin mengatakan bahwa CSR tidak lagi hanya sebagai hiasan apalagi aktivitas yang termarginalkan, namun sudah merupakan nyawa perusahaan. Tulisan ini antara lain ingin menguraikan perkembangan konsep tanggung jawab sosial perusahaan dan betapa pentingnya para pelaku bisnis memahami tanggung jawab tersebut. Di samping itu, akan diulas pula pendekatan, manajemen, serta manfaat CSR.












0 komentar :

Posting Komentar

tinggalkan jejak anda::::

Sekapur Sirih :::

Saya harus mengatakan bahwa isi blog ini mencerminkan pengetahuan dan kebijaksanaan kolektif.
Persis yang dikatakan oleh Goethe (
Johann Wolfgang von Goethe) dalam percakapannya dengan ilmuwan Swiss, Frederic Soret, Pada tanggal 17 Februari 1832 ::
"Siapakah saya ini? Apa yang telah saya lakukan? Saya telah mengumpulkan dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah saya dengar dan saya alami. Karya saya telah disebarluaskan oleh ribuan orang yang berbeda-beda--> orang bijak dan bodoh, jenius dan dungu, tua dan muda. Mereka semua menawari saya keahlian dan cara hidup mereka masing-masing. Sering kali, saya ambil hasil-hasil yang dikembangkan orang lain. Karya saya adalah karya kolektif, dan membawa nama Goethe."