Selasa, 02 Februari 2010

ISLAM DI ANDALUSIA

          Andalusia merupakan salah satu wilayah yang terletak di Benua Eropa Barat Daya, dengan batas di Timur dan Tenggara adalah Laut Tengah, di Selatan Benua Afrika dan terhalang oleh Selat Gibraltar, di Barat ada Samudera Atlantik, dan di utara terdapat Teluk Biscy. Di sebelah Timur Laut Andalusia ada Pegunungan Pyrenia yang membatasi wilayah Andalusia dengan Negara Perancis.[1]
            Andalusia merupakan sebutan nama yang berasal dari kata Vandalusia. Menurut pengertiannya Vandalusia adalah negeri bangsa Vandal, yakni salah satu bangsa yang berasal dari Afrika Utara yang sampai ke Eropa akibat pengusiran yang dilakukan oleh Bangsa Goth pada abad ke-5 M. Masyarakat di Andalusia merupakan masyarakat yang sangat menderita, mengingat daerah Andalusia ini merupakan daerah Iberia yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Kemudian pengelompokan ras dan suku juga menjadi warna dalam kehidupan sehari-hari, mengingat pengelompokan tersebut berdasarkan pada tingkat kelas yang menjadi status kebangsaan bagi setiap warganya.
            Kejayaan Islam pada masa Bani Umayah yang dipimpin oleh Kholifah yang ke-6, Al Walid, menjadi angin segar bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia termasuk juga masyarakat Andalusia. Mengingat saat itu penakhlukan islam sudah mencapai kaki gunung Pyrenia (Perancis) dari Afrika Utara, maka secara gegap gempita penyambutan Islam sebagai penyelamat mereka menjadi nyata.
            Melihat penderitaan yang sudah berkepanjangan yang dialami oleh masyarakat Andalusia, serta untuk menyebarluaskan penyebaran Islam di Eropa maka Kholifah menyampaikan misi nya untuk mengekspansi Eropa melalui pintu Andalusia. Untuk itu dikirimlah panglima terbaik mereka yakni panglima Tariq bin Ziyad melaui surat dari Gubernur Afrika Utara saat itu, Musa bin Nusair, maka berjalanlah misi penakhlukan.
            Pada bulan Rajab 97 H atau Juli 711 M, berangkatlah Sang Panglima ini dengan membawa 7000 pasukan dari Damaskus yang berangkat melalalui semenanjung Andalusia (Semenanjung Iberia yang sekarang meliputi Negara Spanyol dan Portugis) menyeberangi sebuah selat yang  diberi nama Selat Jabal Thoriq atau bahasa baratnya Selat Giblartar. Setelah armada tempur lautnya mendarat di pantai karang, beliau berdiri diatas bukit karang dan berpidato kepada pasukannya “Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian.”[2]
Kemudian para pasukan menjawab dengan, “Kami akan terus berjuang sampai memperoleh kemenangan karena kami datang untuk menegakkan kebenaran” (Abdul Karim, 2007:230). Tentu saja dengan pidato tersebut sontak membakar semangat jihad pasukannya, mereka segera menyusun kekuatan untuk menggempur pasukan kerajaan Visigoth, Spanyol, dibawah pimpinan Raja Roderick yang jumlahnya mencapai 100 ribu pasukan dan pada pertempuran ini Raja Roderick pun terbunuh dan kemenangan ada dipihak Islam.
Kemenangan perang ini tidak hanya mampu menunjukkan kemajuan militer pasukan islam, namun kemenagan ini juga mampu membawa perubahan yang cukup besar terhadap kemajuan peradaban umat islam itu sendiri dan peradaban ummat manusia di dunia. Bayangkan dengan takhluknya Andalusia ini, rupanya sangat berpengaruh terhadap terbukanya gerbang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Hal ini dibuktikan dengan munculnya perpustakaan terbesar dan terlengkap dinudia (Perpustakaan Cordoba), dan lahirnya para ilmuwan kenamaan islam seperti Az- Zahrowi (pakar kedokteran selain Ibn- Rusyd), Az-Zarqalli (astronom dari Cordoba), Al Iddris (pakar geografis asal Ceuta) dan ilmuwan-ilmuwan kenamaan lainnya.
 Selain itu juga, kemenangan islam atas Andalusia memberi dampak yang begitu terasa kepada rakyat Andalusia pada saat itu. Positif sekali karena setelah adanya penguasaan islam yang dipimpin oleh Tarik bin Ziyad Andalusia menjadi negeri yang sangat cocok untuk pusat pengembangan budaya. Api keadilan yang dikumandangkan oleh islam saat itu sangatlah menyinari Andalusia. Masyarakat Andalusia benar – benar haus akan kebebasan. Sungguh terlepas dari belengguh penderitaan.

Rating: 5 

0 komentar :

Posting Komentar

tinggalkan jejak anda::::

Sekapur Sirih :::

Saya harus mengatakan bahwa isi blog ini mencerminkan pengetahuan dan kebijaksanaan kolektif.
Persis yang dikatakan oleh Goethe (
Johann Wolfgang von Goethe) dalam percakapannya dengan ilmuwan Swiss, Frederic Soret, Pada tanggal 17 Februari 1832 ::
"Siapakah saya ini? Apa yang telah saya lakukan? Saya telah mengumpulkan dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah saya dengar dan saya alami. Karya saya telah disebarluaskan oleh ribuan orang yang berbeda-beda--> orang bijak dan bodoh, jenius dan dungu, tua dan muda. Mereka semua menawari saya keahlian dan cara hidup mereka masing-masing. Sering kali, saya ambil hasil-hasil yang dikembangkan orang lain. Karya saya adalah karya kolektif, dan membawa nama Goethe."